Saudariku…
Sadarilah, suamimu bukanlah seorang malaikat. Makhluk yang tidak memiliki gejolak nafsu dan syahwat, serta tidak pernah mengalami rasa bosan dan jemu. Suamimu adalah manusia biasa. Dia seorang laki-laki sebagaimana laki-laki lain.
Dan semua lelaki memiliki tabiat menyukai sosok wanita yang berparas canti, berpenampilan menarik, dengan wajah berseri dan aroma yang wangi. Allah ta’ala berfirman,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ
Artinya: “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak…”. QS. Ali Imran: 14.
Realita berbicara bahwa setan-setan berwujud manusia, yaitu para wanita fasik, di luar rumah, di jalan-jalan, di pasar-pasar atau di tempat kerja suamimu, mereka benar-benar berhias seelok dan secantik mungkin. Mereka mengenakan busana seindah mungkin dengan aroma parfumnya yang begitu menggoda. Bahkan mereka tidak segan-segan memamerkan aurat. Untuk apa mereka melakukan itu semua?
Yang jelas, salah satu tujuan mereka adalah untuk menarik perhatian segenap laki-laki yang dijumpainya. Agar pandangan setiap pria tertuju kepadanya. Tidak terkecuali suamimu!
Jadi, betapa malang nasibmu, wahai Saudariku…
Jika karena sikapmu yang kurang tanggap dan kurang peka, engkau tidak mau berhias, malas bersolek, malas menjaga kecantikan dan penampilan. Akhirnya hal itu melemahkan kecintaan dan ketertarikan suamimu terhadap dirimu.
Karena ia tidak menemukan dalam dirimu apa yang ia temukan pada diri wanita-wanita fasiq tadi. Lihatlah betapa serius usaha mereka dan betapa besarnya keinginan mereka untuk menarik perhatian suamimu dan pria-pria lain! Sudahkah Engkau seserius mereka??
Para Istri yang mulia…
Sadarilah bahwa godaan bagi laki-laki di luar rumah itu sangat besar. Dan godaan yang paling berat baginya adalah ujian wanita. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ
“Aku tidak meninggalkan sesudahku fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum pria, melebihi fitnah wanita”. HR. Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid radhiyallahu’anhuma.
Saudariku…
Godaan wanita terhadap seorang pria di luar rumah amatlah besar. Terlebih lagi pada zaman kita sekarang ini. Pemandangan-pemandangan tidak senonoh dapat dinikmati secara gratis hampir di segenap sudut kota, di media-media elektronik ataupun cetak.
Seorang pria yang salih, ketika secara tidak sengaja matanya tertuju kepada pemandangan yang menyulut syahwatnya, ia akan teringat wasiat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam manakala beliau bersabda,
إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ، فَمَنْ وَجَدَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ؛ فَإِنَّهُ يُضْمِرُ مَا فِي نَفْسِهِ
“Sesungguhnya wanita datang dalam gambar setan. Barangsiapa menghadapi kondisi tersebut, hendaklah ia segera mendatangi istrinya. Karena dengan itu ia akan menenangkan gejolak yang ada dalam dirinya”. HR. Abu Dawud dari Jabir radhiyallahu’anhu dan dinyatakan sahih oleh Syaikh al-Albany.
Maka iapun akan segera pulang menemui istrinya guna mendinginkan gejolak syahwatnya. Namun setibanya di rumah bisa jadi gairahnya akan padam seketika! Mengapa?
Ia dapati istrinya dalam keadaan yang sangat tak sedap dipandang. Penampilannya tidak karuan, pakaiannya acak-acakan, rambutnya awut-awutan, tak ada sedikitpun polesan solekan, aroma tubuhnya tak jelas dan ia sedikitpun tak memberikan sambutan kepada suaminya.
Istri yang modelnya seperti ini, bisakah menenangkan gejolak yang ada dalam diri suaminya? Tentu saja suamimu akan prihatin bila keadaanmu seperti itu wahai saudariku…
Dan perlu diingat, tidak semua suami memiliki nyali atau tega untuk mengungkapkan isi hatinya. Ada tipe suami yang mau berterus terang ketika gerah melihat penampilan istrinya. Namun ada juga yang memilih untuk bungkan seribu bahasa. Dan jenis kedua ini biasanya akan lebih parah akibatnya.
Sebab apabila seorang pria tidak lagi mendapatkan kepuasan di rumahnya, niscaya ia akan mencarinya di luar rumah. Dan akhirnya Engkau pula yang akan merana.
Ingatlah, di awal pernikahanmu dulu, Engkau adalah bidadari jelita bagi suamimu, karena mungkin saat itu Engkau begitu memperhatikan dan merawat kecantikanmu. Namun dengan berjalannya waktu, Engkau mulai malas merawat tubuh, dengan seribu satu alasan. Apakah saat ini Engkau tetap menjadi simbol kecantikan untuk suamimu?
Alangkah indahnya jika Engkau berhasil menggabungkan antara kecantikan akhlak yang terpuji dengan kecantikan fisik…
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 4 Dzulhijjah 1432 / 31 Oktober 2011
Dinukil dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 81-83, hal. 87-90).